Minggu, 07 Juni 2015

Program Bantuan Ini Memberikan Penghasilan Setahun Penuh Bagi Orang Miskin

Satu hari seseorang yang Teresa belum pernah ditemuinya muncul di rumahnya dengan tawaran luar biasa. Teresa dan keluarganya akan menerima penghasilan satu tahun, dalam bentuk tunai, tanpa adanya persyaratan ataupun kewajiban untuk pengembalian, Dia tidak harus membayar hutang, dan keluarganya bisa menghabiskan dana tersebut sesuai keinginan mereka.Teresa adalah bingung. "Kami tidak percaya seseorang akan memberi kita uang sebanyak itu tanpa harus bekerja untuk itu." 

Skenario ini telah dimainkan ribuan kali oleh organisasi di balik uang tersebut, GiveDirectly, yang belum dikenal secara luas, mereka hanya menganggarkan sedikit untuk mempromosikan atau memasarkan karya mereka; Halaman Facebook mereka hanya memiliki lebih dari 7.000 like.Namun seorang analis dolar untuk dolar, mengatakan GiveDirectly adalah salah satu organisasi yang paling efektif di dunia yang mencoba untuk mengatasi kemiskinan.
Beberapa jawara terkuat mereka adalah dua co-founder Facebook, yang dalam semangat Silicon Valley, membuat GiveDirectly didasari oleh data dan transparansi dengan cara yang hampir tidak pernah terjadi di dunia bantuan sosial. Untuk donor yang ingin pemberiannya berdasarkan hasil yang didukung oleh bukti, dibandingkan beberapa organisasi.

Bagaimana cara kerjanya? GiveDirectly mentransfer sekitar $ 1.000 untuk keluarga sangat miskin untuk penghasilan mereka selama setahun, tanpa membuat aturan atau bahkan saran tentang bagaimana menggunakan uang tersebut.

Sejak diluncurkan pada tahun 2011, kelompok ini telah mendistribusikan sekitar $ 15 juta untuk masyarakat di Kenya dan Uganda, yang memang bukan satu negara termiskin di kawasan itu, namun mereka berada di tengah-tengah revolusi Afrika dalam mobile banking, yang sangat penting untuk strategi GiveDirectly ini. Seseorang di sub-Sahara Afrika memiliki peluang 60 kali lebih besar untuk memiliki finansial ponsel daripada orang di Eropa.

Setelah GiveDirectly memilih sebuah desa berdasarkan data kemiskinan penduduk yang tersedia, mereka menggunakan metode cerdik yang sederhana untuk mengidentifikasi siapa yang akan menerima uang: mendaftar rumah tangga yang tinggal di rumah-rumah yang dibangun dengan atap jerami dan lantai lumpur (sebagai lawan dari atap logam bergelombang atau beton lantai), penggunaan bahan organik sebagai bahan rumah di sana, merupakan indikator kemiskinan yang parah yang dapat diandalkan, mudah untuk dipahami bagi anggota komunitas, dan untuk mengaudit bagi staf GiveDirectly, termasuk negara-negara kelompok. 

Uang tersebut kemudian disampaikan secara elektronik. Penerima biasanya menerima SMS pemberitahuan dan dapat mencairkan uangnya di agen mobile money yang terdekat, jika mereka termasuk minoritas di Afrika yang tidak memiliki telepon atau kartu SIM ponsel, GiveDirectly membantu mereka membelikannya (satu) dengan menggunakan sebagian dari dana yang akan ditransfer tersebut.

Mendistribusikan uang secara elektronik dapat memangkas biaya dan menghilangkan beberapa peluang utama untuk korupsi (yaitu, lebih sedikit perantara untuk mengalirkan dana atau meminta suap). Ini merupakan inti dari rencana GiveDirectly untuk diterapkan pada jutaan orang miskin di seluruh dunia. 

Apakah program bantuan tersebut membantu? Program transfer tunai memiliki catatan penelitian yang luas, termasuk puluhan studi evaluasi hasil pemantauan yang mencakup setidaknya 13 negara di empat benua. Sebuah agen pembangunan di Inggris menyebut transfer dana "sebagai salah satu yang telah lebih diteliti secara menyeluruh sebagai suatu bentuk intervensi pembangunan"; organisasi evaluasi non-proit GiveWell (tidak berafiliasi dengan GiveDirectly) mengatakan transfer "memiliki track record terkuat yang kita lihat" untuk program kemiskinan non-kesehatan.

Penelitian jangka panjang dalam intervensi anti-kemiskinan memang jarang, tapi pernah dilakkan untuk transfer tunai. Sebuah penelitian di Uganda pada 2013 menemukan bahwa orang yang menerima uang tunai menikmati tambahan penghasilan sebesar 49 persen setelah dua tahun, dan sekelompok lainnya sebesar  41 persen setelah empat tahun, bila dibandingkan dengan orang yang tidak mendapat transfer. Studi lain di Sri Lanka menemukan tingkat pengembalian rata-ratanya sebesar 80 persen setelah lima tahun. Di Uganda, tidak hanya membuat penerima dana tersebut menjadi lebih baik, namun jumlah mereka jam kerja dan produktivitas tenaga kerja benar-benar meningkat.

Apakah banyak orang hanya berakhir membuang-buang uang mereka pada alkohol atau merokok? Tahun lalu, Bank Dunia mereview 19 studi tentang program transfer bantuan tunai, dan mengatakan jawabannya adalah tidak. "Hampir tanpa kecuali, studi menemukan baik tidak berdampak signifikan atau dampak negatif yang signifikan dari transfer diblanjakan pada alkohol dan tembakau," kata laporan itu. "Hasil ini konsisten di seluruh dunia."

Transfer dana tunai bukanlah peluru perak, salah satu program tersebut ada yang memberikan $ 200 kepada pria Liberia "yang
berisiko" baik tunawisma atau bagi yang mendapatkan penghasilan mereka dari penyalahgunaan obat-obatan atau mencuri. Seperti disampaikan peneliti utama, Chris Blattman, yang diringkas dalam sebuah editrial di The New York Times:"Hampir tidak ada dari para pria tersebut yang menghamburan uangnya. Dalam bulan petama setelah mereka mendapat uang tunai, dibelanjakan untuk pakaian, makan dan hidup yang lebih baik. Bagaimanapun tidak seperti Uganda, yang suasananya lebih mendukung bisnis baru untuk terus berkembang, orang-orang Liberia masih tertinggal satu tahun. Dua ratus dolar itu tidak cukup untuk mengubah mereka menjadi pengusaha, tetapi membawa mereka pada kehidupan yang lebih baik untuk sementara, yang merupakan tujuan mendasar dari setiap program kesejahteraan. Kami juga menguji program konseling untuk mengurangi kejahatan dan kekerasan. Ini bekerja sedikit sendiri, tetapi memiliki dampak terbesar bila dikombinasikan dengan dana tunai."

Namun uang saja belum tentu bisa selalu mengatasi kurangnya pelayanan sosial dasar. Penerima kas menghabiskan lebih banyak untuk pendidikan dan kesehatan, tetapi jika tidak ada sekolah atau fasilitas kesehatan berkualitas di daerah mereka, mereka tidak selalu berakhir sehat atau berpendidikan lebih baik.Namun dampak positif dari bantuan tunai telah konsisten dan luas, dari peningkatan gizi, bayi yang baru lahir sehat dan partisipasi sekolah yang lebih besar, serta menurunnya tingkat infeksi HIV dan tekanan psikologis. Akibatnya, menurut ulasan oleh badan pembangunan di Inggris pada 2011, bantuan global telah mengalami "revolusi diam-diam," dengan pengembangan negara-negara yang meluncurkan program pengalihan diyakini mencapai antara 750 juta dan satu miliar orang.
Pendekatan berbasis bukti untuk pembangunan. GiveDirectly adalah nirlaba pertama yang fokus secara eksklusif pada transfer tunai. Perusahaan ini didirikan oleh empat mahasiswa pascasarjana di MIT dan Harvard. Sebagian mereka didorong oleh kemajuan teknologi seperti mobile banking, yang membuat pendistribusian uang tunai lebih murah dan lebih aman dari sebelumnya. Tapi di Cambridge, Massachusetts, mereka juga berada dalam jantung gerakan yang berkembang untuk memberikan intervensi bantuan untuk tes pad ilmu yang sebenarnya.

Esther Duflo adalah pemimpin utama gerakan ini. The Financial Times menyebutnya "salah satu bintang ekonom dunia
,
bertenor di MIT pada usia 29, anggota yayasan MacArthur 'jenius' sesama, pemenang medali John Bates Clark tahun  2010, yang disebut-'mini-Nobel." "Salah satu mantranya adalah bahwa program bantuan dapat dan harus diuji secara ketat, karena ketika mereka menerima sejumlah dana tunai, hasilnya sering mengejutkan dan tidak sejalan dengan prasangka masyarakat. (Bukti A:. Kesadaran bahwa ketika orang miskin menerima uang tunai, mereka tidak terburu-buru untuk menghabiskannya pada alkohol) Pada tahun 2003, Duflo dan rekan Abhijit Banerjee mendirikan MIT Poverty Action Lab, yang bekerja pada banyak studi mendokumentasikan kekuatan transfer tunai.

Setelah bertahun-tahun percobaan, Duflo dan Banerjee menerbitkan sebuah buku terkenal, "Poor Ekonomi", yang memerangi gagasan bahwa orang miskin hidup dengan keuangan yang sederhana. Mereka menemukan orang miskin dalam beberapa hal bahkan lebih canggih dengan keuangan mereka daripada orang kaya, sebagian karena adalah sangat penting bagi mereka untuk mendapatkan hal-hal dengan benar, yang lebih ekstrim ada dari merek yang secara pribadi mengelola pinjaman ke keluarga dan tetangganya; mereka mengevaluasi penawaran kredit tanpa dukungan dari lembaga keuangan; mereka mengelola aliran kas sehari-hari mereka dalam konteks pola pendapatan yang sangat tidak konsisten. Semua ini membantu menjelaskan mengapa memberikan uang kepada orang miskin, daripada mengalokasikan modal atas nama mereka, telah terbukti sangat efektif.

Jumat, 05 Juni 2015

Pemda DKI Jakarta Akan Mengambil Alih Metromini & Kopaja

Warga Jakarta berpendapat bahwa rencana Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama untuk menyingkirkan kopaja dam metromini, perlu dikaji ulang. Sebab, tidak semua sopir kopaja beroperasi ugal-ugalan di jalan raya.

Sebelumnya, Ahok telah menginstruksikan Pemprov DKI Jakarta agar menyingkirkan secara bertahap bus-bus kopaja maupun metromini. Khususnya, kopaja yang suka ugal-ugalan karena mengejar setoran.
Ahok berencana untuk mangganti manajemen dari pengelola kopaja ke manajemen Transjakarta. "Ya bertahap, kami akan singkirkan mereka (kopaja) nanti, tidak akan ada lagi bus kota yang ugal-ugalan jika tergabung di dalam manajemen PT Transjakarta," kata Ahok, Kamis (7/5/2015) lalu.

Sikap Non Blok Indonesia di Uji Kembali di Kawasan Laut China Selatan

Dua tahun lalu, Amerika Serikat berencana menggeser kekuatan militernya ke kawasan Asia Tenggara. Tentu hal ini merupakan ancaman bagi negara-negara di ASEAN. Paling terdekat, pangkalan militer Amerika mengambang di dekat Singapura dan Australia. Sebanyak 2000 pesawat jet tempur Amerika siap lepas landas jika konflik di Laut Cina Selatan benar-benar pecah. Ditambah lagi situasi di Laut China Selatan kian panas sejak akhir bulan lalu ketika pesawat intai P8 Poseidon milik Amerika Serikat dideteksi Angkatan Laut China berada di atas ketinggian 4500 meter. Pesawat tanpa awak itu berada tepat di atas pulau yang diklaim milik China.

Tetapi sebagai negara yang sejak era Soekarno, Indonesia memilih untuk Non Blok, hal tersebut bisa jadi hanyalah manuver politik Amerika dan RRC. Memang secara militer mereka membuat manuver-manuver panas dengan operasi-operasi militr terbatas atau rahasia, namun jika kita perhatikan sasaran perang negara-negara super power pada saat ini terutama adalah untuk mendapatkan sumber daya alam yang dalam pelaksanaannya sedapat mungkin menghindari kerugian, kecil peluangnya untuk benar-benar pecah perang terbuka di kawasan Laut China Selatan, kalaupun ada hanyalah drama unjuk kekuatan militer sembari melihat respon negara-negara Non Blok di wilayah tersebut.

Namun untuk menunjukkan sikap bangsa kita, jika Presiden berani, Indonesia dapat menjadi pelopor bagi negara ASEAN untuk menjadikan wilayahnya sebagai zona bebas yang tidak diatur atau dikendalikan oleh salah satu negara super power, walaupun dengan melihat kondisi ASEAN saat ini, kecil peluangnya untuk dapat merealisasikan hal tersebut, kenapa? kita ambil suatu contoh : negara tetangga kita, mereka merupakan negara persemakmuran, yang berarti mau tidak mau, suka atau tidak, mereka terikat dengan pemimpin persemakmurannya.
Kalau kita mau belajar dari sejarah tentunya bukan tanpa alasan Presiden pertama kita memilih Indonesia untuk menjadi negara Non Blok, kenapa demikian ? menurut penulis, karena kalaupun memilih salah satu blok yang ada akan menyengsarakan banyak rakyat Indonesia. Misalnya memilih blok timur, secara otomatis akan mendatangkan tekanan-tekanan terutama secara ekonomi dari blok barat, namun sebaliknya jika memilih blok barat, maka kemungkinan besarnya negeri kita yang konon kaya akan sumber daya alamnya akan menjadi "sapi perah" dan rakyat yang belum siap untuk seirama dengan sistem perekonomian yang dibawa blok tersebut otomatis akan termarjinalkan.

Namun demikian untuk bersikap menjadi negara Non Blok bukanlah suatu pilihan yang mudah juga, bagaimanapun seperti yang sudah pernah terjadi di masa lalu, negara-negara super power dari kedua blok yang ada akan terus berusaha untuk menggoyahkan stabilitas bangsa kita dengan tujuan bangsa ini jatuh ke salah satu dari blok mereka. Oleh karena itu perlu suatu keberanian dari Kepala Negara kita dalam menyikapi hal tersebut, dengan tetap berpedoman kepada Pancasila dan UUD 45, walaupun sekali lagi itu akan menjadi pilihan yang tidak mudah buat beliau ditengah-tengah suasana politik saat ini yang bersikap mudah untuk diperjual-belikan.

Anak 7 Tahun Diduga Jadi Korban Tabrak Lari Patwal Cirebon

Seorang bocah berusia 7 tahun, Hafidz tewas setelah diduga tertabrak oleh rombongan patroli dan pengawalan (Patwal) di Jalan Tuparev, Cirebon, Jawa Barat. Kecelakaan tersebut terjadi pada Minggu (31/5) siang.

Kejadian tersebut diceritakan oleh paman korban, Fathan Mubarok melalui akun Twitter pribadinya. Rombongan Patwal tersebut diketahui tengah mengawal pejabat.
"Siang tadi, di tuparev, nyawa keponakan saya yg berusia 7 tahun direnggut oleh rombongan patwal yang ngawal pejabat-pejabat lewat," tulis Fathan Mubarok, Minggu (31/5).
Fathan menambahkan, setelah terlibat kecelakaan, rombongan Patwal sama sekali tidak berhenti untuk melihat kondisi korban. Rombongan tersebut lalu melanjutkan perjalanannya.
"Setelah nabrak orang sampai mati, rombongan patwal sama sekali tak berhenti. Catat itu," lanjutnya.

Sementara itu, kakak korban, Nadya Jannah Aflaha menuturkan, setelah kecelakaan tersebut, dirinya diperiksa di Mapolrestra Cirebon. Saat pemeriksaan, lanjut Nadya, polisi yang menginterogasinya terkesan sok tahu, dan terus membantah jawabannya.
"Gue tau percis karena gue ada di tkp pada waktu kejadian itu terjadi. Gue nyaksiin dengan mata kepala gue. Jarak gue sama mereka cuma 2-3 m," tulis Nadya melalui akun Twitter-nya, Kamis (4/6).
Hingga hari ini, kata Nadya, pihak polisi belum ada yang datang ke rumah keluarga korban dan mengucapkan bela sungkawa. "Tapi sampe sekarang dari pihak polisi belum ada yang datang ke rumah korban. Ya udah aja kita tuntut. Hukuman di depan mata pak," tulisnya.

Hafidz meninggal setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Gunung Jati. Kasus tabrak lari ini menjadi topik pembicaraan di media sosial.

Kamis, 04 Juni 2015

Menhan Berencana Beli Helikopter Chinook

Menteri Pertahanan Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu mengungkapkan keinginannya untuk membeli helikopter Chinook untuk memperkuat alutsista. Meski Chinook mahal namun helikopter ini memiliki kemampuan besar.

"Beli Chinook mahal emang, tapi nyawa orang lebih mahal," ucap Ryamizard di Kemhan Jl Medan Merdeka Barat, Rabu (3/6/2015).
Menurutnya Indonesia membutuhkan penambahan alutsista canggih untuk meningkatkan pengamanan. Seperti misalnya pesawat Chinook yang bisa mengangkut beban berat.
"Kita bisa bawa pakai Chinook bisa angkat tuh berat. Kalau pesawat besar kalau kita kirim pasukan PBB, kalau selama ini pakai kapal kasihan. Jadi bisa sekali jalan, murah meriah senang prajurit," ucapnya.

Helikopter Chinook buatan Amerika bermesin ganda, tandem rotor dan heavy-lif. Bisa terbang dengan kecepatan tertinggi 170 knot dam mampu membawa beban yang berat. Chinook juga bisa mengangkut tentara dalam jumlah banyak.
Sehingga menurut Ryamizard jika ada kejadian bencana besar di daerah yang sulit dijangkau maka dengan Chinook bantuan yang berat dan alat-alat berat lainnya bisa diangkut dengan cepat. Harga helikopter produksi Boeing ini ditaksir sekitar US$ 30 juta.

"Harusnya ada alat berat, diangkut pakai pesawatlah. Saya mau beli (Chinook)," katanya.

Rabu, 03 Juni 2015

Anggota Kopasus Bentrok dengan Anggota TNI AU

Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus), Mayor Jenderal Doni Monardo menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya satu dari 4 anggota TNI AU yang dikeroyok anak buahnya. Dia berjanji akan menanggung sepenuhnya biaya pengobatan serta menyantuni keluarga korban yang tewas.
 
Kejadian bermula ketika 17 anggota TNI AU baru saja menggelar acara Semaba yakni, reuni bintara. Mereka kemudian melanjutkan ke Kafe Sukoharjo. Saat masuk, di dalamnya terdapat sejumlah anggota Kopassus yang tiba terlebih dahulu.
"Di dalam ada anak-anak Kopassus, mungkin saling pandang dan salah paham," ujar Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma Dwi Badarmanto.
Dwi menduga, insiden antara dua korps TNI ini terjadi akibat spirit de corps yang berlebihan. Tak hanya itu, para pelaku diketahui masih muda dan ego sentris yang tinggi dituding menjadi penyebab perkelahian keduanya.
Dia pun berjanji akan melakukan evaluasi terhadap aktivitas anak buahnya di luar jadwal latihan.

Anggota TNI Angkatan Udara, Serma Zulkifli (39) menghembuskan napas terakhirnya di di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RSP AU) Hardjolukito, Yogyakarta sekitar pukul 21.30 WIB. Zulkifli merupakan korban dari aksi pengeroyokan di sebuah Kafe kawasan Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (31/5) dini hari.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto, Mayor (Sus) Hamdi Londong mengatakan jenazah Zulkifli dipulangkan ke daerah asalnya di Ciracas, Jakarta Timur dengan pesawat Hercules A-1327 dari Lanud Adisutjipto, Selasa (2/6). Korban merupakan anggota Bintara Sarban Dinas Logistik dari Mabes AU.
"Jenazah sekarang dipulangkan ke Ciracas, Jakarta timur dengan pesawat hercules," katanya pada wartawan, Selasa (2/6).
Sementara itu jenazah korban sendiri sudah di otopsi dan hasilnya akan diketahui pada hari Rabu 3 Juni 2015. Sementara itu seorang orang teman Zulkifli, Pelda Teguh Prasetyo, anggota Skatek 042 Madiun, yang juga turut dikeroyok masih dalam perawatan di RSP AU Hardjolukito. Dua rekan lainnya juga masih di rawat di Sukoharjo.
"Yang dua ada di Sukoharjo, tapi yang satu masih di rawat di Hardjolukito," tegasnya.
Menurutnya Mayor Londong, pengeroyokan itu terjadi usai acara reunian di Kompleks Bandara Adisumarmo, Sukoharjo. Setelah acara itu, sebanyak 17 orang keluar untuk mencari hiburan di sebuah kafe. Setelah itu empat orang melanjutkan karaoke di kawasan Solo Baru, Grogol, Sukoharjo. Saat itulah terjadi perselisihan antara empat orang tersebut dengan 25 orang yang diduga anggota aparat.
"Ya harus diakui dua-duanya salah. Aparat tidak boleh mengunjungi tempat terlarang," pungkasnya.
Untuk mengantisipasi supaya tidak ada insiden lanjutan, pihak TNI AU sudah mengimbau anggota untuk tidak melakukan aksi balas dendam.
"Kita sudah sampaikan, jangan ada niat untuk balas dendam," tandasnya.

Pengeroyokan yang dilakukan oleh 25 orang tersebut kini mulai mendapatkan titik terang. Pengeroyokan yang terjadi di Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (31/5) dini hari tersebut diduga melibatkan anggota Kopassus.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto, Mayor (Sus) Hamdi Londong mengatakan pelaku diduga merupakan anggota kopassus Grup II Kandang Menjangan, Kartosuro, Sukoharjo, Jawa Tengah.
"Kita terus melakukan koordinasi, dan ada info telah menetapkan 12 tersangka. Mereka diduga anggota Kopassus Grup II Kandang Menjangan, Kartosuro," katanya pada wartawan, Selasa (2/6).
Meski sudah semakin mengerucut, namun pihaknya belum mau menyebutkan insial pelaku. "Kami belum bisa menyebutkan inisialnya," tambahnya.
Dia menjelaskan saat ini kasus ini sudah ditangani Sub Detasmen Polisi Militer (Subdenpom) Sukoharjo, Jawa Tengah. Mereka kini tengah melakukan pencarian terhadap para tersangka. "Penanganan kasus akan selalu diinformasikan, saat ini kami masih berkoordinasi."

Wacana Pemerintah Mengadopsi Aturan Swedia Tentang PSK

Di Swedia, prostitusi dianggap sebagai kekerasan terhadap wanita dan anak-anak. Berdasarkan undang-undang yang disahkan tahun 1999, pengguna jasa prostitusi bisa dibui, sementara penyedia jasa alias pekerja seks komersial justru dilindungi dan diberi terapi.
Lima tahun sejak itu, jumlah pekerja seks komersial pun turun dramatis. Beberapa kota di salah satu negara Skandinavia itu pun bersih dari prostitusi. Angka human trafficking atau perdagangan manusia pun nol.
Angka yang nihil itu berbanding terbalik dengan statistik 15.000-17.000 wanita asing yang diperdagangkan tiap tahun di negara tetangga mereka, Finlandia. Kunci dari solusi Swedia adalah perubahan paradigma.
Swedia menerapkan sistem yang dikenal sebagai "model Nordik." Bukan wanita penjual jasa atau PSK yang menjadi sasaran hukum, melainkan pria dan wanita yang jadi pengguna atau pembeli jasa. PSK, menurut hukum Swedia, adalah korban yang butuh pertolongan. Seks berbayar adalah pelanggaran hak asasi manusia di Swedia.
Swedia menyediakan skema dana sosial yang komprehensif, membantu wanita yang ingin berhenti sebagai PSK. Publik juga dididik untuk tidak memiliki stigma negatif terhadap para PSK dan mantan PSK.
Strategi unik Swedia ini kemudian diikuti oleh bangsa Nordik lainnya: Norwegia dan Islandia. Enam bulan sejak menerapkan aturan ini di tahun 2009, perdagangan manusia ke Norwegia melorot drastis. Penelitian selama enam bulan, yang dikutip Reuters pada Agustus 2014, memperlihatkan hasil menjanjikan.

Laporan itu menyebut penegakan hukum, yang mengkombinasikan UU antiperdagangan manusia dan permuncikarian, membuat Norwegia menjadi negara yang tidak menarik bagi para penyelundup wanita. Prostitusi di jalanan Oslo, kota terbesar Norwegia, berkurang sampai 60 persen dari saat sebelum UU disahkan.

Bagi warga Norwegia, hukum itu juga mengikat saat mereka berada di negara lain, sekalipun jika negara itu melegalkan prostitusi. Misalnya jika ada warga Norwegia yang menggunakan jasa PSK di Jerman, maka dia harus siap ditangkap dan dipenjara saat kembali ke Norwegia.
Disiplin dalam penegakan hukum tidak diragukan. Ancaman penjara enam bulan atau denda sebesar 25.000 crown, sekitar Rp 13,6 juta bagi para pengguna PSK, sukses menurunkan permintaan jasa.
"Laporan ini memperlihatkan bagaimana UU telah sangat berkontribusi," kata Steinar Stroem. Profesor dari Universitas Oslo itu menyebut kriminalisasi terhadap pengguna PSK berhasil mengurangi permintaan dan praktik prostitusi di Norwegia. "Seperti yang diinginkan," katanya.
Namun sebagian besar tetangga-tetangga Swedia masih menempuh cara lain untuk mengatasi problem prostitusi ini.

Jerman, justru memilih melegalkan prostitusi atau industri seks. Tahun 2002, pemerintahan liberal Partai Sosial Demokrat berhasil meloloskan undang-undang yang melegalkan prostitusi.
Hanya butuh waktu beberapa tahun kemudian, terjadi ledakan industri seks di Jerman. Jerman menjelma jadi negara tujuan utama wisata seks di Eropa. Rumah-rumah bordil mewah menjadi pemandangan sangat umum. Sebut saja nama seperti Pascha, rumah bordil bertingkat 12 di Cologne, yang tak ubahnya seperti supermarket seks.

Di kota kecil seperti Saarbrucken, populasi sekitar 180.000 jiwa, sedikitnya terdapat 100 rumah bordil. Tidak hanya rumah-rumah bordil yang berjamuran. Ada juga bilik-bilik seks yang bebas dikunjungi saat makan siang. PSK bahkan bisa dipesan dengan aplikasi lewat ponsel. Ada pula lelang keperawanan di Internet.
Amos Roberts dalam artikelnya di laman news.com.au, Juni 2014, menyebut industri seks di Jerman bernilai $20 miliar atau Rp260 triliun per tahun. Tidak kurang dari 1,5 juta pria di Jerman menggunakan jasa PSK setiap hari. Pria bisa sekadar mencuci mata atau melakukan seks tanpa batas dengan wanita sebanyak apapun, cukup hanya membayar satu tarif sebesar 99 euro di rumah bordil di Berlin.
Jelas, "Bukan itu yang ada di pikiran Kanselir Gerhard Schroder, saat dia merayakan produk UU liberal barunya (yang melegalkan industri seks di tahun 2002)," tulis Nisha Lilia Diu, dalam artikelnya di laman Telegraph, Januari 2015.

Saat itu, pemerintahan Schroder justru berharap UU itu jalan perbaikan kondisi kerja bagi para wanita PSK. PSK bisa memiliki kontrak pekerja, asuransi kesehatan dan dana pensiun. Faktanya, kini situasi perlindungan PSK memburuk.

Diperkirakan ada sedikitnya 400.000 PSK di Jerman. Angka yang besar ini membuat persaingan sangat ketat; harga jasa pun jatuh. Saat ini biaya PSK adalah 50 euro dan terus menjadi semakin murah. "Jerman gagal melakukan eksperimen," ucap Nisha.

Legalisasi industri seks, menjadikan batasan antara pengelola PSK yang legal dengan aksi eksploitasi wanita menjadi kabur. Upaya menghentikan perdagangan atau penyelundupan wanita juga semakin sulit.

Pakar hukum Jerman Guntram Knop yang dikutip Nisha, menyebut baik rumah bordil

Pergerakan bebas warga yang tergabung dalam Uni Eropa membuat Jerman menjadi "surga" bagi PSK dari negara-negara Eropa lainnya. Mereka umumnya datang dari belasan negara-negara Eropa Timur yang bergabung dengan Uni Eropa sejak 2004. Sebagai warga Uni Eropa, mereka bebas berkunjung atau tinggal di Jerman, tanpa perlu menjadi warga negara Jerman. Tidak bisa dihindari, perdagangan manusia untuk dijadikan PSK semakin menjadi-jadi.
maupun PSK tidak menginginkan kontrak kerja, karena tidak ingin terikat pada biaya untuk asuransi dan dana pensiun. "Asuransi kesehatan dan dana pensiun, tidak bermanfaat bagi wanita yang datang ke Jerman hanya untuk beberapa pekan, tanpa ada tempat tinggal permanen di Jerman," kata Knop.
Kini, sebagian orang Jerman pun melirik ke utara, Model Nordik yang telah diterapkan Swedia. Petisi dan demonstrasi mendesak pengguna jasa seks dan muncikari dipidanakan merebak.


Model Nordik Juga Diragukan
Namun, Model Nordik bukan tanpa cela. Seorang mantan PSK yang kini menjadi penulis, Melissa Gira Grant, meragukan model Nordik. Menurutnya, strategi itu bagai cerita fiksi, karena hanya mengkriminalisasi satu bagian dari transaksi.

"Model itu membuat PSK dalam posisi limbung. Bagaimana mungkin PSK melapor pada otoritas, jika itu berarti membuat satu-satunya sumber pemasukan mereka dalam risiko," kata Melissa.
Dia menyarankan sistem yang berlaku di Inggris yang disebut sebagai "model Merseyside". Penjual dan pembeli jasa seks diizinkan, namun aktivitas di luar itu akan menjadi pidana karena akan dikategorikan sebagai kekerasan atau perdagangan manusia.
Model itu membuat para PSK dapat bekerjasama dengan polisi, untuk menemukan dan menangkap muncikari yang melakukan pemaksaan dengan kekerasan, mengeksploitasi PSK, serta perdagangan wanita.

Pada 2014, Inggris membongkar jaringan perdagangan wanita, yang dijalankan oleh kelompok orang-orang Rumania di London. Hukuman berat dijatuhkan, setara dengan perdagangan kokain.
Kubu Liberal yang berkuasa di Norwegia juga mengritik Model Nordik. Mereka ingin melonggarkan aturan ini. Kubu Liberal berargumen larangan menggunakan PSK tidak membantu menghilangkan prostitusi, sebaliknya menyebabkan aktivitas ilegal. Pengguna PSK tetap ada dan kini dilakukan secara rahasia. "Saya harap pemerintah berani mencabut larangan," kata wakil Liberal, Sveinung Rotevatn.

Peneliti sosial May-Len Skilbrei yang dikutip laman Nordic Page, Januari 2014, mengatakan model Nordic tidak berjalan dengan baik di Norwegia, karena pendekatan berbeda yang diterapkan polisi. "Di Bergen (Swedia—red), polisi berperan aktif mengidentifikasi korban, sementara di Oslo mereka hanya duduk dan menunggu. Ini yang menyebabkan hasil berbeda pada kedua kota," kata Skilbrei.
Lalu apa yang membuat Swedia berhasil, sementara Norwegia tidak?
"Hal yang luar biasa adalah, strategi Swedia tidak rumit sama sekali. Bahkan sangat sederhana, sehingga dengan cepat memicu pertanyaan, mengapa belum ada yang berusaha melakukan sebelumnya," kata Marie De Santis dari Women's Justice Center menulis di laman esnoticia.co.
Swedia menyediakan skema dana sosial yang komprehensif untuk membantu wanita yang ingin berhenti menjadi PSK. Swedia  memperlakukan PSK sebagai korban yang membutuhkan bantuan. Publik Swedia juga dididik memahami bahwa membeli jasa seks adalah pelanggaran hak asasi manusia.
Memang keberhasilan Swedia ini tidak terjadi dalam hitungan bulan, tapi tahunan. Awal-awal UU disahkan tahun 1999, polisi hanya menangkap sedikit pengguna PSK di Swedia. Tidak putus asa, Swedia segera mengidentifikasi persoalan dan memecahkannya, yaitu bahwa penegak hukum tidak bekerja semestinya. Polisi diberi pelatihan dan perubahan orientasi agar turut menerima paradigma, bahwa prostitusi adalah bentuk kekerasan pria terhadap wanita.

Pemerintah Swedia menggelontorkan dana dalam jumlah besar, untuk pendidikan yang intensif bagi polisi, penuntut dan publik. Setelah beberapa tahun, negara itu dengan cepat memperoleh hasil yang diharapkan.

Perubahan paradigma adalah salah satu bagian tersulit. Swedia telah lama mengkriminalisasi kekerasan terhadap wanita, termasuk dalam pernikahan. Itu yang membuat beberapa negara terutama yang masih didominasi paham laki-laki lebih superior daripada perempuan, sulit meniru kesuksesan Swedia.

Bagaimana dengan Indonesia?
Sulit dikatakan akan berhasil untuk dapat memberantas aau mengurangi prostitusi maupun pelanggaran hukum lainnya meskipun mengadopsi aturan dari negara maju, sekalipun aturan tersebut sangat sukses di negeri asalnya, selama kondisi kebanyakan masyarakat Indonesia masih di bawah standar ekonomi negara asal aturan tersebut, misalnya pada tahun 2014 pendapatan perkapita rata-rata penduduk Indonesia adalah sekitar US$ 3.531 sedangkan untuk swedia adalah sekitar US$ 58.146, dimana pendapatan perkapita kita masih belum ada seper sepuluhnya, termasuk kesejahteraan aparat yang akan melaksanakannya, selama hal tersebut masih belum dapat direalisasikan oleh pemerintah, sulit rasanya untuk mewujudkan Indonesia yang bersih, aman maupun tertib....

Sejarah Singkat Prostitusi

Prostitusi atau pelacuran ternyata sudah ada sejak awal peradaban manusia yang tercatat dalam sejarah, tidak heran dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah belum mampu menghilangkannya, apalagi pada saat ini dengan adanya kemajuan dalam teknologi komunikasi, semakin mempermudah akses terhadap penyedia jasa protitusi tanpa perlu diketahui banyak orang. Untuk menambah wawasan tentang prostitusi ataupun sekedar bahan bacaan, berikut ini sejarah prostitusi dari masa ke masa.
Era Babilonia kuno dan Sumeria
Diperkrakan mulai awal abad 18 SM, Mesopotamia kuno mengakui kebutuhan untuk melindungi hak milik perempuan. Dalam kode Hammurabi, ditemukan ketentuan yang melindungi hak pusaka perempuan, termasuk perempuan pelacur. Misalnya, jika mas kawin diberikan oleh Bapa untuk anaknya yang belum menikah, setelah kematiannya, saudara-saudara lelakinya (jika dia punya) akan bertindak atas namanya sebagai wali nya. Namun, jika wanita menerima properti sebagai hadiah dari ayahnya, ia adalah pemilik properti tersebut dan bisa memberikannya kepada siapa yang dia senangi.
Di Timur Dekat kuno sepanjang sungai Tigris dan Eufrat ada yang banyak kuil dan candi yang disebut "rumah surga" yang didedikasikan untuk berbagai dewa yang didokumentasikan oleh sejarawan Yunani kuno, Herodotus di "The Histories" dimana "prostitusi suci" adalah praktek yang umum. Berakhir ketika Kaisar Konstantinus dalam abad keempat AD menghancurkan kuil-kuil dewi dan menggantinya dengan Kekristianan.
Era Israel Kuno
Prostitusi adalah umum di Israel kuno, meskipun secara diam-diam dilarang oleh hukum Yahudi. Dalam agama Kanaan, porsi yang signifikan dari pelacur-pelacur di kuil adalah
laki-laki, yang secara luas digunakan di Sardinia dan di beberapa kebudayaan Fenisia, biasanya dalam penghormatan kepada Dewi 'Ashtart, hal tersebut mungkin di bawah pengaruh orang Fenisia.
Kisah alkitabiah mengenai Yehuda dan Tamar (Kejadian 38) memberikan gambaran prostitusi seperti yang dipraktikkan di masyarakat dari waktu ke waktu. Pelacur berbaris di sisi jalan Raya, menunggu untuk wisatawan, mereka merias wajahnya; dengan riasan yang menandai dirinya sebagai pelacur. Dia mendapat bayaran dalam berbagai bentuk : meminta anak-anak sebagai bayarannya, menentukan harga yang agak tinggi kepada kelompok peternak/gembala, namun hanya peternak yang cukup kaya yang memiliki banyak hewan ternak yang sanggup membayar pelayanan pelacur tersebut, jika ada peternak/gembala yang tidak memiliki ternaknya namun ingin dilayani, dia harus memberikan beberapa barang-barang berharga sebagai deposit, sampai anak disampaikan kepada wanita.
Meskipun dalam cerita ini bukanlah wanita pelacur yang sebenarnya, tetapi janda anak tiri Judah, memiliki alasan yang baik untuk menipu Judah sehngga menjadi hamil olehnya, dia berhasil meniru pelacur dan perilaku dapat diasumsikan menjadi perilaku yang dinggap sebagai pelacuran di masyarakat waktu itu.
Kemudian kisah lain, dalam Kitab Yosua, pelacur di Jericho bernama Rahab membantu mat-mata Israel dengan pengetahuannya tentang situasi sosio-kultural dan militer karena popularitas nya dengan para bangsawan yang dia layani. Sebagai imbalan dari informasinya, mata-mata tersebut berjanji untuk menyelamatkan dia dan keluarganya selama invasi militer, dengan kesepakatan dia merahasiakan rincian kontak dengan mereka dan meninggalkan tanda di kediamannya yang akan menjadi penanda untuk tentara maju. Ketika bangsa Israel menaklukkan Canaan, dia bermualaf kepada Judaisme dan menikah dengan seorang tokoh terkemuka.
Kata "Pelacur" juga dapat diterjemahkan sebagai "Pemuja berhala". Bahkan sepertinya, prostitusi Babilonia yang pertama berawal dari tempat-tempat yang disebut Hinchinopolises, yang dimulai oleh keluarga Hinchin. Pada waktu itu, Hinchinapolis adalah pusat atraksi bagi semua wisatawan yang datang untuk beristirahat di perusahaan keluarga wanita, yang dididik dengan seni kepuasan. Beberapa gulungan-gulungan tua bisa memberitahu kita bahwa arti dari "Hinchin" berasal dari bahasa Ibrani "Hinam", yang berarti "bebas", karena laki-laki dari keluarga akan menawarkan diri secara gratis.

Mesoamerika
Di antara suku Aztec, Cihuacalli adalah nama yang diberikan kepada bangunan dimana prostitusi diizinkan oleh otoritas politik dan agama. "Cihuacalli" adalah sebuah kata Nahuatl
yang berarti "Rumah perempuan".
Cihuacalli adalah kompleks tertutup dengan kamar-kamar yang mengelilingi sebuah teras di pusatnya. Di pusat teras biasanya dileakkan patung Tlazolteotl, dewi "cabul". Otoritas keagamaan percaya wanita yang bekerja sebagai pelacur atas keinginan mereka, hanya di tempat tersebut mereka dijaga oleh Tlazolteotl. Diyakini Tlazolteotl memiliki kuasa untuk menghasut aktivitas seksual, dan pada saat yang sama melakukan permbersihan spiritual terhadap tindakan seperti itu.
Ada cerita yang juga merujuk pada tempat-tempat tertentu, baik di dalam Cihuacalli atau di luar, dimana wanita melakukan erotis tari di depan laki-laki. Penyair Tlaltecatzin Tenochtitlan mencatat bahwa "wanita menyenangkan" melakukan tarian erotis di rumah tertentu di luar kompleks.
Yunani Kuno
Kata Yunani untuk pelacur adalah porne (Gr: πόρνη), berasal dari kata pernemi (untuk menjual), berevolusi ke masa modern menjadi Pornografi (Iggris), dan corollaries dalam bahasa lain, secara langsung turunan dari kata Yunani pornē (Gr: πόρνη). wanita pelacur bisa dar kalangan independen dan kadang-kadang perempuanberpengaruh. Mereka diminta untuk memakai gaun yang khas dan harus membayar pajak. Beberapa kesamaan telah ditemukan antara hetaera Yunani dan oiran Jepang, tokoh-tokoh kompleks yang mungkin dalam posisi perantara antara prostitusi dan courtisanerie. Beberapa pelacur di Yunani kuno, seperti Lais terkenal karena kecantikan pelayan mereka, dan beberapa wanita memasang biaya dalam jumlah yang luar biasa untuk layanan mereka.
Solon mersmikan bordil Athena pertama (oik'iskoi) pada abad ke-6 SM, dan dengan perolehan bisnis ini dia membangun sebuah kuil yang didedikasikan untuk Aphrodite Pandemos (atau Qedesh), Dewi Pelindung perdagangan ini. Di Siprus (Paphus) dan di Korintus, jenis pelacuran dipraktekkan mana terhitung lebih dari seribu pelacur (hierodules, Gr: ιερόδουλες), menurut Strabo.
Setiap kategori khusus memiliki nama yang tepat, jadi ada chamaitypa'i, bekerja kolam (berbaring), perepatetikes yang bertemu pelanggan mereka sambil berjalan (dan kemudian bekerja di rumah mereka), gephyrides, yang bekerja dekat jembatan. Di abad ke-5, Ateneo memberitahu kita bahwa harga adalah obole 1, seperenam dari drachma dan setara dengan gaji pekerja biasa. Lukisan-lukisan kuno menggambarkan bahwa seks dilakukan pada tempat tidur dengan selimut dan bantal, sementara triclinia biasanya tidak memiliki aksesoris ini.
Pelacuran pria itu juga umum di Yunani kuno. Ini biasanya dilakukan oleh remaja laki-laki, refleksi dari kebiasaan pederastic waktu itu. Budak laki-laki bekerja pada bordil laki-laki di Athena, sementara anak-anak bukan budak yang menjual kenikmatan, mereka mengambil risiko kehilangan hak-hak politik mereka sebagai orang dewasa.
Romawi kuno
Prostitusi di Roma kuno adalah umum, luas, dan legal, bahkan pria Romawi dengan status sosial tertinggi gratis untuk berhubungan denan pelacur tanpa menimbulkan penolakan moral, selama mereka menunjukkan pengendalian diri dan moderasi dalam frekuensi dan kenikmatan seks. Sastra Latin sering mengacu pada pelacur, praktek-praktek nyata didokumentasikan oleh ketentuan hukum Romawi yang mengatur prostitusi, dan prasasti, terutama grafiti dari Pompeii, pelacur memainkan peran dalam beberapa seri roman, terutama di bulan April, ketika cinta dan kesuburan yang dikuasai oleh Dewi Venus. Namun demikian pada saat yang sama, pelacur dianggap memalukan: kebanyakan adalah budak atau bekas budak, atau jika orang merdeka melalui kelahiran, statusnya diturunkan ke infames, yang benar-benar dibatasi dalam kedudukan sosial dan dicabut dari kebanyakan perlindungan yang diberikan kepada warga negara di bawah hukum Romawi.
Seorang pelacur terdaftar disebut meretrix sementara terdaftar satu jatuh di bawah
kategori luas prostibulae. Ada beberapa kesamaan dengan sistem Yunani, tetapi sebagai kekaisaran yang melakukan ekspansi, pelacur itu seringnya budak asing, yang didapat dari penangkapan, pembelian, atau anak yang dibesarkan untuk dijadikan, kadang-kadang dalam skala besar "pelacur petani" yang diambil dari anak-anak terlantar, pada waktu itu anak-anak terlantar hampir selalu dibesarkan sebagai pelacur. Perbudakan ke dalam prostitusi kadang-kadang digunakan sebagai hukuman, hukum terhadap perempuan merdeka yang melakukan kriminal. Pembeli diizinkan untuk memeriksa  laki-laki dan perempuan telanjang yang dijual dan tidak ada stigma yang melekat pembelian laki-laki oleh seorang bangsawan laki-laki.
Asia Kuno
Perkawinan-muta'a di Irak dan sigheh di Iran, yang sebaliknya telah digunakan sebagai penutup legitimasi untuk pekerja seks, dalam budaya dimana prostitusi tidak dilarang. Muslim Sunni, yang membentuk mayoritas Muslim di seluruh dunia, percaya praktek jangka waktu tertentu pada perkawinan pada akhirnya dilarang, seperti halnya orang syiah, orang suni menganggap prostitusi sebagai berdosa dan terlarang.
Di awal abad ke-17, ada banyaknya laki-laki dan perempuan prostitusi seluruh kota Kyoto, Edo dan Osaka, Jepang. Oiran yang courtesans di Jepang selama periode Edo. Oiran dianggap sebagai jenis yūjo "perempuan kesenangan" atau pelacur. Antara oiran, tayū  dianggap sebagai peringkat tertinggi dari pelacur yang tersedia hanya untuk orang-orang terkaya dan pejabat tinggi. Untuk menjamu klien mereka, oiran berlatih seni tari, musik, puisi, dan kaligrafi serta layanan seks, dan kecerdasan berpendidikan dianggap penting dalam percakapan. Banyak menjadi selebriti sekali mereka di luar kawasan kesenangan. Seni dan mode sering mengatur tren di kalangan wanita kaya. Oiran tercatat terakhir pada tahun 1761. Meskipun ilegal di Jepang modern, definisi prostitusi tidak meluas ke "perjanjian pribadi" mencapai antara seorang wanita dan seorang laki-laki di rumah bordil. Yoshiwara memiliki sejumlah besar soaplands yang dimulai ketika eksplisit prostitusi di Jepang menjadi ilegal, dimana perempuan mencuci tubuh orang. Mereka awalnya dikenal sebagai toruko-buro, berarti pemandian Turki.
Tawaif adalah pelacur yang melayani kebangsawanan Asia Selatan, terutama selama era Kekaisaran Mughal. Courtesans ini akan menari, menyanyi, membacakan puisi dan menghibur pelamar mereka di mehfils. Seperti tradisi geisha di Jepang, tujuan utama mereka adalah untuk profesional menghibur tamu-tamu mereka, dan sementara seks adalah sering insidental, itu sudah tidak terjamin kontrak. Kelas tinggi atau tawaifs paling populer bisa sering memilih antara yang terbaik dari pelamar mereka. Mereka berkontribusi musik, tari, teater, film, dan tradisi sastra Urdu.
Abad pertengahan
Selama abad pertengahan, prostitusi sering ditemukan dalam konteks urban. Walaupun semua bentuk aktivitas seksual di luar perkawinan dianggap sebagai dosa, prostitusi ditoleransi karena diadakan untuk mencegah kejahatan besar pemerkosaan, sodomi dan masturbasi (McCall, 1979). Augustine dari Hippo berpendapat bahawa: "Jika Anda mengusir prostitusi dari masyarakat, anda akan tidak stabil karena nafsu". Toleransi umum prostitusi enggan untuk sebagian besar, dan banyak canonists mendesak pelacur direformasi.
Setelah pelarangan prostitusi yang terorganisir oleh Kekaisaran Romawi, kebanyakan pelacur adalah budak, namun ajaran agama melawan perbudakan, dan setelah pertumbuhan pasar ekonomi, prostitusi kembali berkembang. Oleh banyak pemerintahan abad pertengahan sangat umum pada saat itu berlaku hukum yang melarang pelacur bertransaksi di dalam dinding kota, tapi mereka ditoleransi di luar jika hanya karena daerah-daerah tersebut berada di luar yurisdiksi yang berwenang. Di banyak daerah kota Perancis dan Jerman pemerintah datang untuk mengatur jalan samping tertentu sebagai daerah mana prostitusi dapat ditoleransi. Di London bordil Southwark dimiliki oleh Uskup Winchester. (MCCall) Masih kemudian menjadi umum di kota-kota besar dan kota-kota Eropa Selatan untuk mendirikan rumah-rumah pelacuran sipil, sementara melarang setiap prostitusi yang mengambil tempat di luar rumah-rumah pelacuran ini.
Devadasi istilah awalnya menggambarkan praktik agama Hindu di mana gadis "menikah" dan didedikasikan untuk dewa (deva atau devi). Selain merawat Bait Suci, dan melakukan ritual mereka belajar dan berlatih Bharatanatyam dan tradisi seni India klasik lain, dan menikmati status sosial yang tinggi. Popularitas devadasis tampaknya telah mencapai puncaknya sekitar abad ke-10 dan 11. Naik dan turunnya dalam status devadasis dapat dilihat akan berjalan sejajar dengan kenaikan dan kejatuhan candi Hindu. Karena penghancuran Candi oleh penyerbu Asia Barat, status Candi jatuh sangat cepat di India Utara dan perlahan-lahan di India Selatan. Seperti Candi menjadi miskin dan kehilangan pelindung mereka (raja), dan dalam beberapa kasus telah dimusnahkan, devadasis dipaksa menjadi hidup dalam kemiskinan, penderitaan dan prostitusi.

Abad 16-17
Pada akhir abad ke-15 tampaknya telah mulai untuk mengeraskan hati terhadap prostitusi. Wabah sifilis di Naples 1494 yang kemudian menyapu seluruh Eropa, dan yang mungkin berasal dari pertukaran Kolumbia, dan prevalensi penyakit kelamin lainnya dari awal abad ke-16 mungkin telah menyebabkan perubahan sikap. Pada awal abad ke-16 Asosiasi antara pelacur, wabah dan penyakit menular muncul, menyebabkan bordil dan prostitusi akan dilarang oleh otoritas sekuler. Selain itu, melarang pengelola bordil dan prostitusi juga digunakan untuk "memperkuat hukum pidana" sistem penguasa sekuler abad keenam belas. hukum kanon didefinisikan pelacur sebagai "promiscuous perempuan, terlepas dari unsur-unsur keuangan." pelacur dianggap "pelacur... yang [yang] tersedia untuk keinginan banyak orang," dan paling erat dikaitkan dengan persetubuhan.
Dari abad ke-15, Cina, Korea, dan pengunjung Timur jauh lainnya mulai mengunjungi bordil di Jepang. praktek terus para pengunjung dari "Daerah Barat", terutama pedagang Eropa (awal Portugis di abad ke-16) yang sering datang dengan crew lascar Asia Selatan (selain awak Afrika dalam beberapa kasus).
Di abad ke-16 dan 17, penjelajah Portugis dan kadang-kadang anak buah kapal merka yang berasal daro Selatan Asia (dan kadang-kadang Afrika), sering terlibat dalam perbudakan di Jepang, dimana mereka membawa atau menangkap wanita Jepang yang muda yang digunakan sebagai budak seksual di kapal mereka atau dibawa ke Macau dan koloni Portugis lain di Asia Tenggara, Amerika, dan India. misalnya, di Goa, koloni Portugis di India, ada sebuah komunitas budak dan pedagang Jepang selama abad 16 dan akhir abad 17. kemudian Eropa Timur, termasuk orang-orang Belanda dan Inggris, juga terlibat dalam prostitusi di Jepang.
Abad ke-18
Menurut Dervish Ismail Agha, di Dellâkname-i Dilküşâ, arsip Ottomandi pemandian Turki, para pemijat adalah orang muda yang membantu klien, menyabuni dan menggosok tubuh mereka. Mereka juga bekerja sebagai pekerja seks, teks Ottoman menjelaskan siapa mereka, harga mereka, berapa banyak kali mereka dapat membawa pelanggan mereka orgasme, dan rincian praktek-praktek seksual mereka.
Abad ke-18, mungkin di Venesia, pelacur mulai menggunakan kondom, dibuat dari usus kucing atau usus sapi.
Penjajahan British East India Company di India pada akhir abad ke 18 dan 19, itu awalnya cukup umum untuk tentara Inggris terlibat dalam prostitusi antar etnis di India, di mana mereka akan sering mengunjungi tempat penari lokal India, ketika perempuan Inggris mulai tiba di India dalam jumlah besar dari awal abad ke-19 pertengahan, menjadi semakin biasa bagi tentara Inggris untuk mengunjungi tempat prostitusi, dan pernikahan campuran saat itu sangat dihina, terutama setelah peristiwa Pemberontakan Sepoy.
Abad ke-19
Banyak wanita yang diajukan dalam erotika vintage abad 19 dan awal abad ke-20 yang pelacur. Yang paling terkenal adalah perempuan New Orleans yang berpose untuk E. J. Bellocq. Di abad ke-19, prostitusi menjadi kontroversi publik keika Prancis dan kemudian Inggris mengesahkan tindakan terhadap penyakit menular, yang mana undang-undang terebut membolehkan pemeriksaan panggul untuk wanita yang diduga pelacur. Peraturan ini diterapkan tidak hanya untuk Inggris Raya dan Perancis, tetapi juga untuk koloni-koloni luar negeri mereka. Banyak feminis awal berjuang untuk pencabutan undang-undang ini, atau dengan alasan bahwa prostitusi harus ilegal dan karena itu bukan diatur pemerintah ataupun karena memaksakan tes medis pada wanita. Situasi yang sama pada kenyataannya memang ada di Kekaisaran Rusia; pelacur yang beroperasi di luar bordil yang diawasi pemerintah diberikan paspor internal kuning menandakan status mereka dan diharuskan menjalani tes keshatan setiap minggu.
Sementara abad ke-19 Inggris di India mulai mengadopsi kebijakan segregasi sosial, mereka masih terus memenuhi bordil mereka dengan perempuan India, pada abad 19 dan awal abad 20, ada jaringan pelacur Cina dan Jepang yang diperdagangkan di seluruh Asia, di negara-negara seperti Cina, Jepang, Korea, Singapura dan India, dalam apa yang kemudian dikenal sebagai "perdagangan budak kuning". Ada juga Jaringan pelacur Eropa yang menjadi korban trafiking ke India, Sri Lanka, Singapura, Cina dan Jepang pada sekitar waktu yang sama, dalam apa yang kemudian dikenal sebagai "perdagangan budak putih". Tujuan yang paling umum untuk pelacur Eropa di Asia adalah koloni-koloni Inggris di India dan Ceylon, di mana ratusan wanita dan gadis-gadis dari benua Eropa serta Jepang melayani tentara Inggris.
Abad ke-20
Teori terkemuka komunisme menentang prostitusi. Karl Marx memikirkan hal itu sebagai "hanya ekspresi spesifik prostitusi umum dari buruh", dan dianggap erlu dihapuskan untuk mengatasi kapitalisme. Bahkan Friedrich Engels menganggap pernikahan sebagai bentuk prostitusi, dan Vladimir Lenin mendapati bahwa pekerja seks tidak menyenangkan. Pemerintahan komunis sering mengambil langkah-langkah yang luas untuk menindas prostitusi, meskipun praktek tersebut selalu bertahan. Di negara-negara yang tetap nominal Komunis setelah berakhirnya perang dingin, terutama Cina, prostitusi tetap ilegal tapi tetap umum. Di banyak atau mantan negara komunis, depresi ekonomi yang disebabkan oleh runtuhnya Uni Soviet menyebabkan peningkatan dalam prostitusi.

Selama Perang Dunia II, tentara Jepang terlibat dalam pelacuran paksa selama invasi
mereka di Asia Timur dan Asia Tenggara. Istilah "wanita penghibur" menjadi eufemisme untuk 200.000 perkiraan, sebagian besar Korea dan Cina, wanita yang dipaksa menjadi pekerja seks di rumah pelacuran militer Jepang selama perang.

Pariwisata seks muncul di akhir abad ke-20 sebagai menjadi aspek kontroversial dari  pariwisata dan globalisasi Barat. Pariwisata seks biasanya dilakukan secara internasional oleh wisatawan dari negara-negara kaya. Penulis Nils Ringdal diduga bahwa tiga dari empat orang antara usia 20 dan 50 yang telah mengunjungi Asia atau Afrika membayar untuk seks.

Pendekatan hukum baru untuk prostitusi muncul pada akhir abad ke-20-larangan pembelian, tetapi bukan penjualan. Undang-undang tersebut diberlakukan di Swedia (1999), Norwegia (2009), Islandia (2009), dan juga sedang dipertimbangkan dalam yurisdiksi lain.
Abad ke-21

Di abad 21, afghan metode cara melacurkan anak muda dihidupkan kembali, yang dirujuk sebagai bacha bazi.

Sejak Uni Soviet runtuh, ribuan perempuan Eropa Timur telah berakhir sebagai pelacur di Cina, Eropa Barat, Israel, dan Turki setiap tahun, ada ribuan perempuan dari Eropa Timur dan Asia bekerja sebagai pelacur di Dubai, dimana laki-laki dari Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab menjadi sebagian besar pelanggannya.

Gadis-gadis devadasi India dipaksa oleh keluarga miskin untuk mendedikasikan diri mereka untuk Dewi Hindu Renuka. BBC menulis pada tahun 2007 bahwa devadasis adalah "pelacur yang disucikan"
Kalau memang prostitusi sudah setua peradaban manusia, maka kecil peluangnya untuk dihilangkan, apalagi ditambah dengan kondisi sosial ekonomi yang tidak merata tingkat kesejahteraannya akan menjadi pupuk bagi industri ini...