Jumat, 05 Juni 2015

Sikap Non Blok Indonesia di Uji Kembali di Kawasan Laut China Selatan

Dua tahun lalu, Amerika Serikat berencana menggeser kekuatan militernya ke kawasan Asia Tenggara. Tentu hal ini merupakan ancaman bagi negara-negara di ASEAN. Paling terdekat, pangkalan militer Amerika mengambang di dekat Singapura dan Australia. Sebanyak 2000 pesawat jet tempur Amerika siap lepas landas jika konflik di Laut Cina Selatan benar-benar pecah. Ditambah lagi situasi di Laut China Selatan kian panas sejak akhir bulan lalu ketika pesawat intai P8 Poseidon milik Amerika Serikat dideteksi Angkatan Laut China berada di atas ketinggian 4500 meter. Pesawat tanpa awak itu berada tepat di atas pulau yang diklaim milik China.

Tetapi sebagai negara yang sejak era Soekarno, Indonesia memilih untuk Non Blok, hal tersebut bisa jadi hanyalah manuver politik Amerika dan RRC. Memang secara militer mereka membuat manuver-manuver panas dengan operasi-operasi militr terbatas atau rahasia, namun jika kita perhatikan sasaran perang negara-negara super power pada saat ini terutama adalah untuk mendapatkan sumber daya alam yang dalam pelaksanaannya sedapat mungkin menghindari kerugian, kecil peluangnya untuk benar-benar pecah perang terbuka di kawasan Laut China Selatan, kalaupun ada hanyalah drama unjuk kekuatan militer sembari melihat respon negara-negara Non Blok di wilayah tersebut.

Namun untuk menunjukkan sikap bangsa kita, jika Presiden berani, Indonesia dapat menjadi pelopor bagi negara ASEAN untuk menjadikan wilayahnya sebagai zona bebas yang tidak diatur atau dikendalikan oleh salah satu negara super power, walaupun dengan melihat kondisi ASEAN saat ini, kecil peluangnya untuk dapat merealisasikan hal tersebut, kenapa? kita ambil suatu contoh : negara tetangga kita, mereka merupakan negara persemakmuran, yang berarti mau tidak mau, suka atau tidak, mereka terikat dengan pemimpin persemakmurannya.
Kalau kita mau belajar dari sejarah tentunya bukan tanpa alasan Presiden pertama kita memilih Indonesia untuk menjadi negara Non Blok, kenapa demikian ? menurut penulis, karena kalaupun memilih salah satu blok yang ada akan menyengsarakan banyak rakyat Indonesia. Misalnya memilih blok timur, secara otomatis akan mendatangkan tekanan-tekanan terutama secara ekonomi dari blok barat, namun sebaliknya jika memilih blok barat, maka kemungkinan besarnya negeri kita yang konon kaya akan sumber daya alamnya akan menjadi "sapi perah" dan rakyat yang belum siap untuk seirama dengan sistem perekonomian yang dibawa blok tersebut otomatis akan termarjinalkan.

Namun demikian untuk bersikap menjadi negara Non Blok bukanlah suatu pilihan yang mudah juga, bagaimanapun seperti yang sudah pernah terjadi di masa lalu, negara-negara super power dari kedua blok yang ada akan terus berusaha untuk menggoyahkan stabilitas bangsa kita dengan tujuan bangsa ini jatuh ke salah satu dari blok mereka. Oleh karena itu perlu suatu keberanian dari Kepala Negara kita dalam menyikapi hal tersebut, dengan tetap berpedoman kepada Pancasila dan UUD 45, walaupun sekali lagi itu akan menjadi pilihan yang tidak mudah buat beliau ditengah-tengah suasana politik saat ini yang bersikap mudah untuk diperjual-belikan.

1 komentar:

  1. Saya Ibu Hannah Boss, A pemberi pinjaman uang, saya meminjamkan uang kepada individu atau perusahaan yang ingin mendirikan sebuah bisnis yang menguntungkan, yang menjadi periode utang lama dan ingin membayar. Kami memberikan segala jenis pinjaman Anda dapat pernah memikirkan, Kami adalah ke kedua pinjaman pribadi dan Pemerintah, dengan tingkat suku bunga kredit yang terjangkau sangat. Hubungi kami sekarang dengan alamat email panas kami: (hannahbossloanfirm@gmail.com) Kebahagiaan Anda adalah perhatian kami.

    BalasHapus