Ini posting perdana mengenai pemikiran saya, kalaupun sulit untuk
dinikmati dan belum tentu enak untuk dibaca, jangan dijadikan beban... namun demikian kalaupun ada, mudah-mudahan ada
manfaatnya untuk bahan berpikir.
![shibuya](https://xweb99.files.wordpress.com/2013/04/shibuya.jpg?w=216&h=162)
Pola hidup modern itu sendiri menurut penggambaran saya, suatu pola
kehidupan yang dijalani oleh pelakunya dalam kondisi yang cenderung berlebih,
dengan sedikit akses ikatan sosial untuk mencapai suatu kepuasan dalam
kehidupannya. Ciri-cirinya kelompok orang orang yang termasuk golongan
ini menurut saya :
- yang menjadi prioritas lebih cenderung untuk memenuhi kebutuhan tersiernya,
- dalam menjalani proses didalam kehidupannya segala sesuatunya terukur dengan uang,
- cenderung lebih terbuka terhadap sesuatu yang baru, terutama yang bersifat menghibur/enak,
- sebagian penghasilannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersier (mencari kepuasan)
- seorang yang menjalani kehidupannya dengan memiliki pekerjaan tetap dengan penghasilan tetap yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primernya (kebutuhan pokoknya),
- kebnyakan berpendidikan,
- sudah punya tempat tinggal sendiri (idealnya di appartemen atau real estat),
- memiliki kendaraan (motor-mobil),
- memiliki tabungan,
- secara rutin dapat memenuhi kebutuhan hiburan (dari sekedar nonton film-berlibur ke luar negeri),
- dapat mengakses banyak informasi dengan mudah (dapat selalu online setiap saat)
Menyikapi pola kehidupan tersebut, saya sama sekali tidaklah
menyalahkan hal tersebut, namun seperti kebanyakan mahluk di alam ini,
hal tersebut memiliki sisi baik dan yang kurang baik, tinggal mana yang
mau kita ambil.
Sisi baik pola kehidupan tersebut menurut saya adalah praktis, karena
kebanyakan sesuatunya dapat diukur sehingga kita dapat memperkirakan
apa saja yang diperlukan dalam suatu kegiatan sehingga irama kehidupan
mengalir dengan cepat.
Namun demikian sisi yang kurang baik dari pola kehidupan ini menurut
saya juga cukup banyak, salahsatu diantaranya : karena cenderung
mengejar kepuasan (pemenuhan suatu keinginan), biasanya akan
mengharuskan tercapainya suatu keinginan walaupun mengabaikan
nilai-nilai kebaikan bahkan keselamatan, sehingga kalau
dibiarkan berlarut-larut, baik terpenuhi atau tidak terpenuhinya keinginan-keinginan tersebut, kemungkinan besarnya nantinya akan mengarah kepada kehampaan, seolah-olah kehilangan tujuan dan sasaran dalam kehidupannya.
Nah, agar tidak menjadi seperti demikian, menurut saya perlu adanya keseimbangan atara usaha dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani (jiwa), dan dalam menyikapi setiap keinginan, baik yang
mengusahakan untuk dapat memenuhi keinginannya maupun yang tidak
berusaha untuk memenuhi keinginannya, hasilnya janganlah dibuat suatu
keharusan untuk dapatnya terpenuhi, dengan kata lain terima saja apa hasilnya, sesuai atau tidak sesuai harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar