Rabu, 03 Juni 2015

Pola Hidup Modern = Uang ?

Ini posting perdana mengenai pemikiran saya, kalaupun sulit untuk dinikmati dan belum tentu enak untuk dibaca, jangan dijadikan beban... namun demikian kalaupun ada, mudah-mudahan ada manfaatnya untuk bahan berpikir.


shibuyaSiapa sih yang tidak mau atau tidak senang dengan gaya hidup modern, menurut pendapat saya mungkin banyak dari generasi muda maupun yang sudah setengah tua yang hidup baik di kota-kota besar maupun kota-kota kecil di Indonesia, berharap dapat menjalani kehidupannya dengan pola hidup modern, baik itu sekedar minimalis apalagi kalau berlebih.

Pola hidup modern itu sendiri menurut penggambaran saya, suatu pola kehidupan yang dijalani oleh pelakunya dalam kondisi yang cenderung berlebih, dengan sedikit akses ikatan sosial untuk mencapai suatu kepuasan dalam kehidupannya. Ciri-cirinya kelompok orang orang yang termasuk golongan ini menurut saya :

  • yang menjadi prioritas lebih cenderung untuk memenuhi kebutuhan tersiernya,
  • dalam menjalani proses didalam kehidupannya segala sesuatunya terukur dengan uang,
  • cenderung lebih terbuka terhadap sesuatu yang baru, terutama yang bersifat menghibur/enak,
  • sebagian penghasilannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersier (mencari kepuasan)

Misalnya:

  • seorang yang menjalani kehidupannya dengan memiliki pekerjaan tetap dengan penghasilan tetap yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primernya (kebutuhan pokoknya),
  • kebnyakan berpendidikan,
  • sudah punya tempat tinggal sendiri (idealnya di appartemen atau real estat),
  • memiliki kendaraan (motor-mobil),
  • memiliki tabungan,
  • secara rutin dapat memenuhi kebutuhan hiburan (dari sekedar nonton film-berlibur ke luar negeri),
  • dapat mengakses banyak informasi dengan mudah (dapat selalu online setiap saat)

Menyikapi pola kehidupan tersebut, saya sama sekali tidaklah menyalahkan hal tersebut, namun seperti kebanyakan mahluk di alam ini, hal tersebut memiliki sisi baik dan yang kurang baik, tinggal mana yang mau kita ambil.


Sisi baik pola kehidupan tersebut menurut saya adalah praktis, karena kebanyakan sesuatunya dapat diukur sehingga kita dapat memperkirakan apa saja yang diperlukan dalam suatu kegiatan sehingga irama kehidupan mengalir dengan cepat.

Namun demikian sisi yang kurang baik dari pola kehidupan ini menurut saya juga cukup banyak, salahsatu diantaranya : karena cenderung mengejar kepuasan (pemenuhan suatu keinginan), biasanya akan mengharuskan tercapainya suatu keinginan walaupun mengabaikan nilai-nilai kebaikan bahkan keselamatan, sehingga kalau dibiarkan berlarut-larut, baik terpenuhi atau tidak terpenuhinya keinginan-keinginan tersebut, kemungkinan besarnya nantinya akan mengarah kepada kehampaan, seolah-olah kehilangan tujuan dan sasaran dalam kehidupannya.

Nah, agar tidak menjadi seperti demikian, menurut saya perlu adanya keseimbangan atara usaha dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani (jiwa), dan dalam menyikapi setiap keinginan, baik yang mengusahakan untuk dapat memenuhi keinginannya maupun yang tidak berusaha untuk memenuhi keinginannya, hasilnya janganlah dibuat suatu keharusan untuk dapatnya terpenuhi, dengan kata lain terima saja apa hasilnya, sesuai atau tidak sesuai harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar